Ramadhan Kareem.
Sebenarnya saya berkira- kira, untuk menulis atau tidak tentang hal ini.
Sebab kebelakangan ini, saya mula sedar beberapa hal yang saya tulis akan
menderu- deru menguji diri saya semula, dan itu menyakitkan. Sehingga sampai
satu had yang menyebabkan seolah- olah saya menjadi takut untuk menulis lagi. Bimbang
saya dikejar sesuatu yang mungkin pada awalnya saya benci, kemudiannya saya
diuji untuk menyukainya. Atau tentang sesuatu yang saya seru, tiba- tiba saya
menjadi begitu ingin meninggalkannya sesegera mungkin. Sungguh, itu
menyakitkan. Pertarungan dalam diri sendiri, dan akhirnya saya membuat
kesimpulan- akhir- akhir ini saya semakin takut dengan diri sendiri. Dan ia
makin rumit. Hal ini cuba saya suarakan pada teman baik saya, mengaku depannya
tentang diri yang runsing, adakah saya sedang cuba menjadi diri sendiri atau
saya sedang mengubah diri.- ia agak membosankan bukan? ya saya tahu.
Bila ada yang bertanya mengapa saya kelihatan berubah, saya sekadar memberi
alasan, Ramadhan ini saya perlu banyak masa dengan diri sendiri. Menyahut
seruan Imam Al- Ghazali supaya ketika merasa diri tidak mampu kuat menghadapi,
maka beruzlahlah. Entah ia sekadar alasan atau memang benar dari hati saya. Yang
benarnya hanya satu, saya perlukan masa dengan diri sendiri.
Ada yang bertanya mengapa saya kelihatan lebih tegas kebelakangan ini,
saya hanya katakan, saya perlu professional dalam sesetengah perkara. Ya, ini
juga merunsingkan. Yang sebetulnya saya sendiri tidak tahu keperluan untuk saya
bertegas dengan hal- hal yang dikatakan, Cuma mungkin bosan dengan perwatakan
diri sendiri yang menyebabkan saya perlu menukarnya sekali sekala- pelik?
Tak mengapa, jangan pening, kerana manusia memang begini, kadangkala
tersepit dalam diri sendiri, ya, dalam diri sendiri. Anda juga bukan, jangan
cuba nafikan, semua orang dalam waktu-waktu tertentu menghadapinya, perasaan ingin sendiri, tidak mahu bertemu dengan sesetengah individu, atau merasa ingin memohon maaf dengan semua orang, atau perasaan telah melakukan dosa dengan semua orang, merasa diri tidak mampu menjadi yang terbaik, merasa diri kalah, merasa diri hampir rebah, merasa, merasa, merasa, dan akhirnya tempat yang paling nyaman adalah ketika dahi bertemu cinta hatinya si sejadah. ya, ketika itu kita memang KALAH, ayat yang mampu berada dihati hanyalah-
" Ya Allah, sungguh aku serahkan diriku hanya pada-MU, segala urusanku atas kekuasaan-Mu, aku lemah dan engkaulah pemberi kekuatan kepadaku."- ketundukan, kepatuhan, segenap urusan kita hanyalah pada Allah, ya serahkan, segenap jiwa, segenap raga hanya pada DIA!
atas semua ini
saya tahu.
Allah mahu kita makin mendekat.
maka berusahalah
atas usaha semampunya
untuk mendekati DIA.
sedekat- dekatnya!
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Yang sebetulnya, Dua tiga hari ini, saya berdepan dengan konflik seorang
teman, entah, walaupun zahirnya tidak berkaitan dengan diri saya, mudah sahaja
air mata mengalir ketika memikirkannya, berdepan dengan konflik jiwa bukan
mudah, lebih- lebih lagi dia teman rapat, saya fikir inilah doktrin ukhwah yang
saya saya terima sejak disekolah menengah lagi. Beban sahabat juga adalah beban
kita. Dan hasilnya, dalam kelas, bilik, masjid, dan sedang jalan- jalan pun
saya masih memikirkan, bagaimana manusia sepatutnya melalui masalah yang
dialami sahabat saya ini. Perlukah?.
Walau apa pun yang terjadi, prinsip saya mudah- “untuk melewati badai,
yang harus kita lakukan adalah terus berjalan, bukannya berhenti”(pinjam ayat
filem).
Untuk dia, teman terbaik ‘kami’,
“ meski seluruh dunia merasakan ia jahat, meletakkan diri kita sebagai
watak jahat, watak yang sepatutnya dibenci, usah dihirau, jika benar kita
tenang melakukannya (atas dasar yakin ia teguh atas hukum Tuhan), sekalipun pahit,
teruslah berjalan, dan jangan lupa memohon petunjuk DIA.”
Dan untuk dia.
“ Kemaafan atas sesuatu yang kelihatan zalim tidak pernah dijangka itu
pahit, bertabahlah, ujian Allah atas dasar kasih untuk hamba-Nya makin
mendekat, yang sebenar cinta itu adalah ketika kita tidak merasa takut
kehilangannya, kalau engkau tahu, betapa harus kita yakin soal ketentuan Allah,
kau akan takut mengeluarkan perkataan tidak redha atas perbuatannya”.
Untuk kita.
Ayuh kita KEMBALI. Nun disana medan terbesar sedang menanti. Moga kita
semua dikuatkan hati.
Atas apa yang berlaku dalam tempoh- tempoh ini. Jadikan pengajaran,
setiap simpang di perjalanan menuju Allah, ada hikmah sedang menanti. Berterima
kasih atas semalam yang menguatkan kita hari ini.
Okey.
Kesimpulan terakhir untuk saya- keadaan sekeliling dan situasi teman-
teman, mengapa ia begitu mempengaruhi diri saya? Haisshh! .
Peace ^_^
1 comments:
Assalamualikum, ka nesya, salam kenal.. suka tulisannya ka, btw sampe sekrang masih suka nulis kah? mau nanya2 kalo pengen tulisannya nyambung dan enak dibaca gimana ya ka.. hhe maaf ka saya baru mau belajar, udah sering buat tapi aneh :(
Post a Comment